10 Jan 2016

Review : The Girl On The Train








Judul Buku : The Girl On The Train
Penulis : Paula Hawkins
Penerbit : Noura Books
Tebal : 428 Halaman
Harga : Rp 79.000,-

Akhirnya dapet juga buku ini di Rumah Buku setelah sekian lama stocknya kosong terus. Bbm minta dipisahin dan dengan niatnya pulang kantor langsung kesana. Kenapa nyari buku ini? Katanya sih Best Seller dan direkomendasiin di Goodreads.

Ceritanya sendiri tentang Rachel Watson, seorang wanita yang telah bercerai, kehilangan pekerjaannya dan kecanduan alkohol. Wewww... Setiap harinya dia naik kereta yang sama di waktu yang sama ketika dia masih bekerja. Dia kan semacam ngekos gitulah, jadi biar dikirain induk semangnya dia masih kerja.

Di pinggiran London, di sebuah sinyal perlintasan, di depan rumah nomor lima belas, kereta akan berhenti. Disitu Rachel biasanya memperhatikan pasangan yang tinggal disana yang dia panggil Jason dan Jess. Jason dan Jess ini kelihatannya bahagia banget jadi bikin Rachel seneng banget merhatiinnya kalau bukan dibilang terobsesi dan rumah nomor lima belas ini cuman beda empat rumah dari rumah yang dulu ditempati Rachel dan Tom, mantan suaminya. Sekarang Tom masih tinggal disana bareng Anna (selingkuhan yang sekarang jadi istrinya) dan Evie, anak perempuan mereka. Karena masih sakit hati dan belum bisa move on, Rachel kalau lagi mabuk suka nelepon-nelepon ke Tom atau ke rumah Tom. Parahnya lagi Rachel kalau mabuk suka Black Out, dia nggak inget apa yang udah dia lakuin.

Suatu hari Rachel kaget ngeliat Jess ciuman dengan laki-laki lain yang bukan Jason. Kecewalah dia, karena ternyata Jess dan Jason nggak sesempurna bayangan dia. Lebih kaget lagi ketika foto Jess yang aslinya bernama Megan terpampang jelas di berita sebagai orang hilang. Rachel merasa polisi dan Jason yang nama aslinya adalah Scott harus tahu, kalau Jess/Megan ternyata punya hubungan dengan lelaki lain, siapa tau itu bisa membantu mereka menemukan Jess/Megan. Parahnya di malam saat Megan hilang, polisi dapat laporan dari Anna kalau Rachel mabuk dan berbuat onar di rumahnya Tom dan Anna. Rachel ngga inget sama sekali, yang dia ingat dia bangun di pagi hari dengan kepala luka dan ada darah di tangannya. Dan dimulailah cerita yang saling terkait antara Rachel, Anna dan Jess/Megan.

Novel ini dibagi tiga narasinya. Rachel, Anna dan Jess/Megan. Tiga tokoh utama wanita dalam The Girl on The Train.

Dan review saya adalah....

Rada bosen bacanya sampai pertengahan sampai berapa kali berhenti baca. Kok gini-gini doang sih ceritanya? Dan waktunya itu maju-mundur, jadi suka ngga nyambung gitu. Sampai akhirnya cheating-lah saya, baca bagian akhirnya. Dan ehhhhhhhh... Langsung baca dengan teliti. Plot twist!!!! Demen deh sama beginian. ahahahaha

Biasanya dalam satu novel ada aja satu tokoh yang loveable banget buat kita para pembaca, di novel ini nggak ada sama sekali. Never trust anyone, they all betray you in the end.

Novel bestseller seringnya  kadang emang nggak sesuai sama selera saya. Kalau yang suka baca mangga di coba baca novel ini, yang nggak suka baca, nggak usah dicoba. Takutnya sebelum beres udah bosen duluan.

Sedikit yang menganggu adalah di halaman 189 dimana Rachel lagi mikirin tentang Kamal dia bilang 

"Aku tahu dia muslim, orang Bosnia, penyintas konflik Balkan yang datang ke Inggris sebagai pengungsi berusia lima belas tahun. Dia tidak asing dengan kekerasan, karena kehilangan ayah dan dua kakak laki-laki di Sreberenica. Dia pernah dihukum karena kekerasan dalam rumah tangga. Semakin aku mendengar tentang Kamal, semakin aku tahu bahwa aku benar, aku benar karena melaporkan lelaki itu kepada polisi, aku benar karena menghubungi Scott."

Mungkin saya over sensitive, tapi bukan gara-gara dia  muslim, orang Bosnia lantas membuat dia jadi terbiasa melakukan kekerasan. Tapi mungkin itu gambaran umum orang sana tentang Muslim aja sih.

Sebenernya saya mau kasih rating 3,5 star aja di goodreads, tapi gak ada, jadi dibuletin ke atas, ke 4 star :)

0 comments:

Posting Komentar