11 Mar 2017

Takut

Jumat kemarin, saya pulang ke rumah sekitar jam 8 malam sehabis bellydance #pleasejanganketawa

Dari kejauhan saya melihat bapak-bapak berkaos merah, bercelana pendek, sambil merokok melihat-lihat rumah. Sampai mengintip-ngintip ke arah atas.

Saya bertanya "mau kesiapa pak?"
Bapak menjawab "nggak mau nyari kontrakan"
Saya jawab "disini nggak ada pak"
Bapak itu pergi.


Saya curiga dan was-was. Masuk ke rumah, taro tas. Saya keluar lagi. Si bapak berdiri di gang samping rumah sambil melihat pagar. Saya keluar pagar dan bapak itu pergi.

Langsung lapor bu rw, takutnya bapak itu termasuk komplotan perampok yang sedang membaca situasi. Bu rw bilang nanti malam ada ronda dan akan diperketat.

Pulang ke rumah yang ada hanya adik saya perempuan juga, langsunglah kita gembok-gembok seluruh pintu. Pasang pemberat di tiap pintu, dan begadang sebentar-sebentar liat ke jendela takut ada yang mencurigakan.

Save no kepolisian, done.
Install panic button, done.
Amunisi begadang, done.


Lihat, betapa tenangnya saya menyiapkan semuanya.

Sengaja ngga ngasih tau mama dan teteh  yang lagi berada di luar kota biar nggak khawatir.


Dan tiba-tiba tadi mama dan teteh telepon, khawatir. Ternyata bu rw menghubungi. Saya jawab tenang saja, insya allah aman. Saya dan adik bakalan hati-hati.

Dan ini malam kedua sejak insiden jumat malam kemarin, adik sudah tidur, jam segini, begadang di ruang ramu, dalam kegelapan dan hujan besar, ditemani laptop saya menangis sendirian.

Jujur, dari kemarin saya takut sekali. Takut.

Toh saya yang nampaknya berani dan tenang ini sebenarnya wanita juga, takut akan hal-hal bahaya, takut sendirian.

Bismillah semoga tidak terjadi apa-apa, semoga hanya kelebayan pikiran saya, hanya prasangka buruk semata.

Amin.


Doakan ya semua, semoga kita semua diberikan keselamatan. Amin.


Ps: kamu ngga mau hug-hug aku yang lagi takut gitu, nggak mau puk-puk aku sambil bilang "nggak apa-apa, tenang, ada aku" #eaaaaaaaaa #tetep :p